Minggu, 23 Desember 2018

Bisnis?Siapa takut.


Merintis Bisnis Sewa Kasur Beromset Miliaran Rupiah
by Vicky Rachman - March 4, 2016
Clara Almabella Bamanty adalah salah satu contoh pengusaha muda bermental baja. Bagaimana tidak. Ia sering kali diejek dan ditertawakan karena bergelut dengan bisnis penyewaan kasur di Yogyakarta. Bisnisnya dipandang sebelah mata karena dianggap tidak bisa meraup laba. Clara mengabaikan anggapan tersebut. Ia tancap gas dan mendirikan usaha penyewaan kasur dengan nama sewakasur.com. “Saya melihat peluang bisnis yang besar sekali. Jadi, saya melanjutkan bisnis ini dan terbukti saya bisa membuka cabang di daerah lain,” Clara menceritakan.
Jenis kasur yang disewakannya terdiri dari kasur busa dan kasur pegas (spring bed). Tarifnya bervariasi, mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 110 ribu per kasur selama 24 jam. Harga sewa paling murah adalah kasur busa berukuran 90 x 1.200 cm yang dibanderol Rp 20 ribu per hari. “Dalam sehari, kami menyewakan kasur busa kira-kira 300 lembar untuk di Yogya saja. Pelanggan kami yang paling besar adalah hotel,” ia menjelaskan. Berdasarkan perhitungan Clara, estimasi omset sewakasur.com dari penyewaan kasur busa itu sebesar Rp 180 juta setiap bulannya, atau Rp 2,1 miliar per tahun. “Sebagian besar hotel di Yogya sudah bekerja sama dengan kami untuk menyediakan kasur busa, yang mereka gunakan untuk extra bed,” dia menambahkan.
Jasa penyewaan alas tidur sangat membantu pengelola hotel. Sugeng Waluyo, Executive Housekeeper Hotel Indoluxe di Yogya, mengatakan, pelaku bisnis hotel di daerahnya merasa terbantu oleh jasa penyewaan kasur yang disediakan oleh empat vendor. “Dulu, kami susah mencari vendornya. Sekarang kami sudah tidak kesulitan lagi,” kata Sugeng. Dia menceritakan hotelnya menyediakan extra bed dalam jumlah terbatas, sehingga membutuhkan penyedia kasur ekstra apabila ada rombongan yang menginap di Hotel Indoluxe. “Kami memilih Clara karena kualitasnya memenuhi standar hotel, pelayanannya cepat dan selalu siaga 24 jam mengantarkan pemesanan walau kami menyewa kasurnya tidak banyak,” ungkap Sugeng.
Slogan sewakasur.com adalah Membantu Menjamu Tamu. Clara mengklaim pihaknya sebagai perintis penyewaan kasur busa dan spring bed di Kota Gudeg itu. Selain hotel, pelanggannya berasal dari instansi pemerintah dan perorangan. Sepintas, laju bisnisnya patut diacungi jempol. Clara meraihnya tidak instan karena memulainya dari tahun 2007. Waktu itu, dia masih kelas satu SMA. Modalnya berasal dari tabungan pribadi sebesar Rp 200 ribu untuk membeli satu lembar kasur busa.
Dia mengisahkan bahwa ide bisnisnya itu terinspirasi dari hobinya menginap di hotel atau vila. Kebetulan Clara bersama keluarganya sering jalan-jalan ke berbagai destinasi wisata. Saat menginap, rombongan keluarga Clara ini acap kesulitan mendapatkan kasur ekstra dari pengelola tempat penginapan. “Kami sering kekurangan extra bed karena pihak hotel tidak menyediakan. Dari situlah, saya berpikir untuk berbisnis penyewaan kasur,” tutur wanita kelahiran Yogyakarta, 26 juni 1992 ini.
Lalu, Clara bersama saudara sepupunya menawarkan jasa penyewaan kasur. Mereka acap kali mengantarkan kasur ke konsumennya dengan mengendarai sepeda motor. Promosinya hanya mengandalkan sistem getok tular (word of mouth). Sebelum menembus hotel, Clara menyewakan kasur ke tetangga di sebelah rumahnya di Jl. Godean Km 7 Sidoarum, Sleman, Yogyakarta yang sekaligus menjadi kantor pusat sewakasur.com.
Langkah berikutnya, ia memberanikan diri menawarkan jasanya ke pengelola hotel dan tempat penginapan lainnya. Namun, ia pulang dengan tangan hampa. Clara tidak putus asa. Ia malah semakin gencar mempromosikan sewakasur.com di media sosial, situs Internet (website) dan pamflet. Perlahan tetapi pasti, bisnisnya melejit. “Awalnya banyak yang menolak. Tapi, saya tidak menyerah sampai akhirnya sewakasur.com mulai dikenal luas dan pengelola hotel menghubungi saya untuk bekerja sama menyediakan extra bed,” Clara menegaskan. Ia berterima kasih kepada ayahnya karena memberikan modal tambahan di awal menjalankan bisnisnya. “Setelah mulai berjalan, saya membeli kasur sedikit demi sedikit untuk menambah jumlah kasur,” ia menerangkan.
Sekarang, Clara sudah membuka cabang di Semarang, Bekasi, Jakarta, Bandung, dan Bali. “Investasi setiap gerainya sekitar Rp 75 juta,” ujarnya. Rencananya, Clara ingin mengepakkan sayap bisnisnya dengan membuka cabang di tiga kota lainnya, antara lain Surabaya dan Lombok. CV Penutup adalah perusahaan yang menaungi sewakasur.com. Selain itu, dia mengembangkan unit bisnisnya, seperti menyediakan selimut atau peralatan penginapan lainnya bagi pengelola hotel.
Clara saat ini hanya seorang diri mengelola usahanya, sepupunya sudah mengundurkan diri karena sibuk dengan pekerjaan lainnya. Alumni Jurusan Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional, Yogyakarta ini tetap terjun langsung menjalankan manajemen usahanya, seperti membeli dan merawat kasur, serta mendistribusikannya ke konsumen. Ia mempekerjakan 10 pegawai di kantor pusat sewa kasur Yogya. Sementara jumlah karyawan di kantor cabang berkisar 2-4 orang per gerai.
Menurut Clara, tantangan yang dihadapinya adalah menyakinkan konsumen mengenai kualitas kasurnya. Atau, menghadapi risiko bisnis seperti pencurian atau kerusakan. Sugeng, selaku pelanggan sewakasur.com, berharap Clara mempertahankan kualitas dan pelayanan, serta memperluas jaringannya. “Karena kompetitornya semakin banyak, maka kualitas produk ataupun layanannya harus diutamakan,” kata Sugeng.
Vicky Rachman & Rizky C. Septiana
Riset: Muhammad Rizki

Berdasarkan kutipan artikel diatas, dibawah ini saya akan memberikan pendapat tentang “Merintis Bisnis Sewa Kasur Beromset Miliaran Rupiah”
Menurut saya bisnis tersebut benar-benar sangat menakjubkan, karena pasti banyak menganggap bisnis tersebut hanya sepele hanya sekedar menyewakan sebuah kasur, tetapi tidak disangka keuntungan yang akan dikantongi sampai millyaran rupiah. Diawali dengan modal sedikit dan nekat yang besar alhasil membuahkan omzet dan terbalas sudah jerih payah pada saat awal memulai bisnis. Bisnis tersebut sangat dirasakan manfaatnya oleh keluarga yang sedang berlibur dan membutuhkan extra bed. Bisnis tersebut juga memudahkan hotel atau tempat penginapan lain yang membutuhkan extra bed.
Dari bisnis Kasur ini sudah bisa mengurangi jumlah pengangguran. Karena sudah berhasil merekrut 10 orang pegawai khusus dikantor pusat. 2-4 orang di tiap kantor cabang yang saat ini sudah berhasil membuka lebih dari 2 titik kota. Menurut saya bisnis tersebut difokuskan saja ke ide awal si pemilik yaitu menyewakan kasur agar bisnisnya menjadi ciri khas dan mudah diingat bagi konsumen. Lalu ditambah kualitas, kebersihan, harga yang sesuai, dan pelayanan yang terbaik.
Bisnis yang sebagian anak muda hanya menjadi khayalan ini ternyata dapat diwujudkan oleh seseorang yang bernama Clara Almabella Bamanty yang saat ini sudah menjadi pengusaha muda. Beliau tidak hanya berkhayal atau dibayangkan saja. Tetapi beliau langsung melakukan apa yang sudah dibayangkan tersebut. Jadi kita dapat mengambil sebuah rangkuman bahwa kalau kita memiliki sebuah ide. Langsung lakukan jangan hanya dipikirkan, bila gagal, kita tetap usaha melakukan dengan terbaik lagi lagi dan lagi. Sambil diiringi dengan doa, ikhtiar, dan tawakal. Suatu saat usaha akan membuahkan hasil yang tidak terbayangkan oleh kita. Mulailah bisnis yang sesuai dengan budget, kapasitas, dan keahlian kita.
Sekian pendapat yang saya sampaikan. Semoga bermanfaat dan terima kasih semuanyaa😊. Semoga kita dapat selalu menjadi pemuda yang membanggakan untuk keluarga, lingkungan, dan negara kita… 💗

Presenting Part 2


Presenting (Giving a personal presentation)

Personal presentation is all about marketing YOU, the brand that is you.  What others see you do and hear you say will influence their opinion of you – so personal presentation is about painting yourself in as positive a light as possible – always.
Organisations spend a lot of time and money working on their image, developing their brand and producing as many positive signals as possible.  Staff in organisations should know that everything they do is marketing for the organisation, every email they send, every phone call they take, every time they interact with a client or customer.  Organisations also spend a lot of time and money recruiting and training the right kind of people to project the right kind of image.
Although personal presentation is key in one-to-one situations such as a conversation, in a group situation such as a meeting, or when giving a presentation such as a talk or speech it is also important in less formal situations, when socialising with friends, for example.  How people perceive you is important to communication and you should always aim to be viewed as positively and confidently as possible.
People who present themselves as confident will be perceived as such by others. Your appearance and understanding of personal presentation techniques such as effective speaking and positive body language will enhance your communication skills and raise your confidence.
1. Effective Communication
Personal presentation is about you and how you present yourself in everyday situations.  However, personal presentation always involves at least two people - the person presenting themselves (you) and the person receiving the presentation. It can therefore be described as an interaction.
Personal presentation is concerned with conveying appropriate signals for the situation and for the other individuals involved.  People who lack self-esteem and confidence may fail to convey their message effectively or fully utilise their skills and abilities because of the way they present themselves.  By improving your personal presentation you improve your communication skills and reduce barriers to understanding.  Everybody presents themselves differently and most can improve their personal presentation.
Personal presentation is about learning about yourself, being inner-directed and accepting of who you are, your positives and your negatives, and being comfortable with yourself.  Personal presentation is not about being self-conscious or overly concerned with what others think about you. These concepts are closely related to Personal Empowerment.
2. Areas of Personal Presentation
Self-Esteem and Confidence
Self-esteem is not a static thing; it varies based on numerous factors, different situations and the presence of different people, personal stress levels and change.  Think about how you value yourself and learn to manage the highs and lows of self-esteem, find ways of appearing more confident even when you are not and learn some powerful techniques to boost your self-esteem and learn about your personality. Confidence is a measure of how well we think we may perform certain roles or tasks. Linked to self-esteem, confidence is how we feel about our ability.
3. Effective Speaking
Your voice says a lot about you and learning how to use it more effectively has many benefits.  Our Effective Speaking page examines aspects of your voice, accent, tone, pitch, volume and encourages you to learn more about your voice and how you use it to its full potential.  Learn to communicate more dynamically, fluently and with passion and enthusiasm.
4. Personal Appearance
The way you dress and take care of your general appearance are important factors in personal presentation, what messages does the way you dress send to others?  Your personal appearance also includes the body language, gestures and other non-verbal messages that you use.  By being aware of positive and negative non-verbal signals you can improve your image and the way people perceive you.
5. Time Management:
If you don't manage your time wisely you are less likely to be able to get everything done effectively. You are also more likely to be disorganised and run late for meetings or other appointments. Poor time management has an effect on how you are perceived by others. Learn some simple techniques to help you improve your time management skills, get more done and avoid being late.
Aspects of self-confidence in personal presentation can be learned and developed. Through practice, good preparation and an understanding of the control of the voice along with the personal visual images you send through body language.
By utilising simple techniques such as controlled breathing and the use of positive body language, nerves and tension can be reduced. This in turn leads to feelings of increased self-esteem and greater confidence.
This is especially true in more formal situations, culminating in improved communication and therefore better understanding.
Source :

Presenting

Presenting (Visual Information)

Selama hidup, manusia akan saling berinteraksi. Salah satunya adalah dengan berkomunikasi. Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia dalam menjalani hidup. Karena manusia membutuhkan manusia lain selama hidupnya. Bahkan untuk hadir dan ikut meramaikan dunia, manusia membutuhkan manusia lain, terutama seorang ibu untuk melahirkannya.

Komunikasi sering kali diartikan sebagai percakapan dua arah antar manusia. Tetapi komunikasi sebenarnya tidak hanya dilakukan secara verbal. Apalagi dengan bantuan teknologi, komunikasi dilakukan dengan saling mengirimkan pesan secara tertulis, terutama secara digital. Rogers yang merupakan pakar komunikasi menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana ide dialihkan dari sumber atau pengirim pesan kepada penerima pesan atau lebih dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka.
Bentuk komunikasi itu luas. Bentuk komunikasi dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:
1. Berbicara dengan bertukar pikiran atau pendapat.
2. Memberitahukan informasi, bentuk gagasan melalui kata-kata yang diucapkan atau ditulisakan, menggunakan gambar, simbol, foto, bahas isyarat atau melalui bunyi.

Melihat bentuk komunikasi di atas, maka tentu logo termasuk kedalam bentuk komunikasi yang kedua. Logo adalah salah satu contoh menggunakan visual sebagai sarana untuk berkomunikasi. Melakukan komunikasi secara visual melalui logo telah menjadi trend tersendiri dan memang menjadi kebutuhan bagi setiap brand.

Apa itu komunikasi secara visual? Komunikasi visual adalah sarana komunikasi yang mana informasi disampaikan oleh desainer melalui hasil karyanya. Singkatnya, komunikasi visual adalah penyampaian pesan menggunakan karya desain yang dirancang oleh desainer visual. Ini berarti pengirim pesan bahkan tidak perlu mengatakan apapun kepada orang yang menjadi target penyampaian pesan.

Untuk menjadi desainer visual, atau dalam hal ini lebih ditekankan kepada pembahsan mengenai logo, tidak cukup hanya dengan memiliki kemampuan dalam menggunakan perangkat lunak komputer. Desainer harus mengetahui sejarah, pemikiran, konsep, dan tentu saja proses desain logo. Kemampuan dalam menggunakan komputer akan sangat membantu desainer dalam menuangkan ide-idenya. Akan tetapi dengan dibekali teori serta pengetahuan lain mengenai desain logo, hasil desain logo yang dibuat akan semakin meningkatkan nilai dari logo yang didesain.
 Source :

Meetings Part 5


Meetings (Controlling the discussion)

Sales and advertising are both functions of marketing, which involves getting products from the idea stage to consumers. Many small companies run advertising first to support the selling function. The advertising helps inform consumers and business customers about the company's products and services. Subsequently, sales reps call on consumers or business customers to close the deal. Small companies may use either more advertising or more selling, which largely depends upon the nature of the businesses. Sales and advertising can be marketed through meetings.

In any meeting that you organize, particularly as an entrepreneur speaking with mentors or board members, you need to stay in control. That doesn’t mean you stop others from talking – quite the contrary – but you need to keep tight reins on what’s going on. This is also true when doing customer development interviews; there’s room for customers to talk freely of course, but if you don’t have a script and solid agenda, you’ll find that you spend the time chatting casually with customers and not really learning anything. You might feel great after, because the meeting was friendly and positive, only to realize it was largely a waste of time.

Here are 5 quick tips for staying in control of meetings:
1. Prepare people in advance. Send a meeting agenda in advance. Don’t assume everyone knows what you want to talk about, or that everyone has the same priorities. Spell it out for them.
2. Have very specific goals. The more specific your goals, the better. Remind people at the beginning of the meeting about what you’re trying to accomplish and how they can best help. Ask specific questions. “We’re thinking about such and such…” might be a good conversation starter, but more often than not it’ll lead into a rathole.
3. Timebox everything. Allot specific amounts of time to specific parts of the agenda. Keep tabs on the time and pace of the meeting.
4. Cut people off. Don’t be afraid to cut people off and bring them back on track. Even if everyone has the best intentions, you need to be prepared and capable of telling them to stop and be quiet (in a nice way!)
5. Mutual goals and value. Harley Finklestein from Shopify has a very interesting Mixergy interview about Agile Business Development with some related points. One of the concepts he describes is “Candid Objectives” (which is similar to #2 above). But he also talks about explicitly describing the mutual goals and value you’re trying to create in a meeting. For business development that makes a lot of sense, but it also rings true for meetings with mentors, and particularly for board meetings (where everyone needs to get value out of the process.) “What’s in it for me?” (for other meeting participants) is something you should think about in any meeting.

Meetings somehow auto-magically fill up the time that you’ve allotted for them. If you say it’s a 1 hour meeting it’ll take 1 hour. If you plan for 2 hours, somehow it takes 2 hours. I’ve been in meetings that took less time than planned, and people actually felt awkward about it – “Um, so is that it? There’s nothing else? We’re probably missing something, so we should schedule another meeting…” Ugh.

Try shorter meetings with more precise agendas and goals, and see if you get things equally accomplished. You’ll probably get more done in less time. It’s all about focus. And control.
Source :

Meetings Part 4

Meetings ( Making and responding to suggestions )

Suggestions dapat digunakan dalam bentuk solutions, saran, rencana dan idea. Misalnya teman anda sedang dalam masalah tidak bisa mata pelajaran bahasa Inggris maka anda dapat menyarankannya untuk mengikuti kursus bahasa inggris
.
Dan dibawah ini adalah cara bagaimana anda membuat beberapa dialog sederhana dalam bahasa Inggris :

Making suggestions:
Let’s revise our lessons.
What about going to the cinema tonight?
How about playing cards?
Why don't we do our homework?
Couldn't we invite your grandmother to our party?
Shall we have a walk along the river?
What would you say to a cup of coffee?
Don't you think it is a good idea to watch TV?
Does it matter if we use your car?

Accepting suggestions:
Yes, let's.
Yes, I'd like to.
Yes, I'd love to.
What a good idea!
Why not?
Yes, with pleasure.
Yes, I feel like taking a walk.

Refusing suggestions:
No, let's not.
No, I'd rather not.
I don't feel like it.
I dislike going for a walk.
What an awful / bad idea!

Things to remember about suggestions:
1.  The verb "suggest" can be followed by either:
should + verb = I suggest (that) we should go to the theater.
a verb (in the subjunctive form)= I suggest (that) we go to the movies.
2.  "That" is optional:
"I suggest that we should visit Paris."
"I suggest we should visit Paris."

Responding and declining suggestions examples
1.    Let’s watch football at the stadium
Accepting : yes, Let’s go
Declining : No, thank you I have other schedule, I must clean the house now
2. Why you don’t have breakfast before go to school ?
Accepting : that is a good idea
Declining : I think I will be late, so I will have a breakfast at school
3. How about go to the movie ?
Accepting : O. K it is sound great
Declining : No, I do not have money to buy the ticket
4. I think you should do your homework now
Accepting : yes, you are right
Declining; take it easy my friend, I still have so much time

Contoh Dialogue giving suggestions
Fina : Morning Ayu, My best friend, you look bad today, what happened to you?
Ayu : oh, it is only a little problems.
Fina : please, tell me, maybe I can give the solutions
Ayu : Ok. I feel sad because I do not have money to pay for the college tuitions, I have used my money to buy a new motorcycle
Fina : Oh. You Should tell your parents if you have no money. I think they will help you.
Ayu : I do not think so, it only will make something worse.
Fina : You can lend money from someone.
Ayu : That’s good idea.

Source :
[Diakses pada 23 Desember 2018]

Meetings Part 3


Meetings ( Discussing progress )

By focusing on progress in meaningful work, your work experience and your performance are stimulated. It is useful to make explicit what progress you have achieved, for example by keeping a progress diary. If you don’t make progress explicit it may well be that you are not aware of the progress you are actually making. This is because progress can remain largely invisible if you don’t consciously focus on it. The reason for this is that we usually focus our conscious attention mainly on what has gone wrong and on what we still have to do. Progress which you have already made is thus easily overlooked.

The positive impact of the visualization of progress may be further exacerbated by talking about it with other people within your team. This can be facilitated in different ways. As a team leader, for example, you may use the technique of the progress circles. It works like this. You invite team members to write on post-it notes 1) what meaningful progress they have made that week, 2) what meaningful progress they want to make next week. When they have written these things down, they may hang their post-its notes in the respective circles (for further explanation go here). Then, as a team you can jointly reflect on what the team members have written. You can take a picture of the circles and send it along with the minutes.

What may also work is to invite team members to discuss in pairs the meaningful progress they are making. By exchanging these positive experiences with each other, there is often an extra advantage. That extra advantage is that people become more engaged with each other. They find out better what their peers view as meaningful and they learn about successful things they are doing. People often say that the positivity that then emerges is contagious. Also, they often say that they really like the fact that what their peers tell them is so recognizable and useful to them. Thus, discussing progress in teams is not only a fun experience that gives energy, it is also a helpful experience.

Source :

http://www.progressfocusedapproach.com/discuss-progress-with-each-other/ [Diakses pada 23 Desember 2018]

Meetings Part 2

Meetings ( Giving a report)
a.      Penjelasan tentang berbagai produk baru
Menurut Simamora dalam Sinta (2004), produk baru merupakan barang dan jasa yang pada dasarnya berbeda dari yang telah dipasarkan sebelumnya oleh perusahaan. Pengembangan produk baru (new product development) adalah proses pencarian gagasan untuk barang dan jasa baru dan mengkonversikannya ke dalam tambahan lini produk  yang berhasil secara komersial.Produk baru mencakup dari produk baru di dunia (new-to-the-world products) yang menciptakan pasar yang baru, pengembangan minor pada produk, maupun revisi pada produk yang ada (Kotler, 2009). Booz, Allen & Hamilton dalam Kotler (2000) mengidentifikasi bahwa terdapat enam kategori produk baru, yaitu:
(1) produk baru dengan penciptaan pasar yang baru (new to the world products),
(2) produk baru dengan pertama kali memasuki pasar yang sudah ada untuk produk semacam (new product lines),
(3) produk baru hasil modifikasi produk lama (additions to existing product lines),
(4) produk baru untuk menggantikan produk yang ada untuk meningkatkan kinerja dan nilai (improvements and revisions to existing products),
(5) produk yang ada yang ditargetkan untuk pasar baru atau segmen baru (repositionings),
(6) produk baru dengan harga lebih rendah (cost reductions).
Menurut Cooper (2001), dua kategori produk baru yang paling populer di kalangan perusahaan adalah lini produk baru (new product lines) dan perbaikan pada produk yang sudah ada (improvements in revisions to existing products). Produk yang baru bagi dunia (new products to the world) dan lini produk baru bagi perusahaan (new product lines) hanya berkontribusi 30% dari semua produk yang dipasarkan, tetapi merepresentasikan 60% sebagai produk yang dipandang paling berhasil. Dari berbagai macam jenis produk baru tersebut tentu sebagai tujuan akhirnya adalah dipergunakannya produk tersebut oleh konsumen. Semakin banyak dan semakin seringnya produk tersebut digunakan tentunya juga akan menunjukkan berhasilnya penyebaran informasi yang berkaitan dengan produk baru tersebut.
b.      Penjelasan tentang pengembangan produk beserta tingkatan pengembangannya
Perkembangan produk baru adalah suatu proses dari pencarian ide-ide untuk barang-barang dan pelayanan-pelayanan baru, dan mengubahnya menjadi tambahan lini produk yang berhasil secara komersil ( Darymple & Parsons, 2000, p. 219 ). Alasan dasar perusahaan mengembangkan produk baru adalah untuk menggantikan item-item yang telah kehilangan minat dari konsumen. Pengenalam item baru membantu meningkatkan pendapatan dan keuntungan bagi perusahaan.Selanjutnya, untuk memahami pengertian pengembangan produk kita harusmenelaah dari pendapat para ahli. Berikut ini penjelasan pengembangan produk dari beberapa tokoh:

1.      Assaury (1996) mengatakan bahwa pengembangan produk ( product development ) adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan dalam menghadapi kemungkinan perubahan suatu produk ke arah yang lebih baik sehingga dapatmemberikan daya guna maupun daya pemuas yang lebih besar.

2.      Stanton (1996) mengatakan bahwa pengembangan produk ( product development ) adalah suatu istilah yang terbatas mneliputi kegiatan teknis, seperti riset produk,rekayasa dan disain.

3.      Guiltinan (1991) mengatakan bahwa pengembangan produk ( productdevelpoment ) adalah suatu kebutuhan dan keinginan yang selalu berubah mengakibatkan adanya segmen baru atau adanya persaingan dan perubahanteknologi.

4.      Sigit (1992) mengatakan bahwa pengembangan produk ( product development )disebut juga merchandising  adalah kegiatan-kegiatan manufacturer( pembuat barang ) atau middlemen ( perantara ) yang bermaksud melakukan penyesuaian barang-barang yang dibuat atau ditawarkan untuk dijual atas permintaan pembeli.
5.      Kotler dan Armstrong (1996) mengatakan bahwa pengembangan produk adalah strategi untuk pertumbuhan perusahaan dengan menawarkan produk baru atau yang dimodifikasi ke segmen pasar yang sekarang.
Kelima pendapat diatas tentu tidak berhenti disitu mengenai arti pengembangan produk. Di luar sana masih banyak pengertian dan penjelasan pengembangan produk dari berbagai sumber. Namun, dari kelima penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa pengembangan produk adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan melalui perbaikan bentuk, penyederhanaan, pembentukan kembali,menambah desain atau model dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumenatau pelanggan.

Tingkatan Produk
Perencanaan produk ada tiga tingkatan, yaitu :

1.      Produk inti ( core product )

Tingkatan yang paling dasar adalah produk inti. Tingkatan ini menjawab pertanyaan apa yang benar-benar dibeli oleh konsumen, produk inti adalah tingkatan yang paling pertama dan sentral dari suatu produk yang melibatkan penampilan fisik dari suatu produk, kualitas produk tersebut, serta kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan konsumen, termasuk kegunaan fungsionalnya ( Bradley, 2003 p. 135 ).

2.      Produk actual ( actual produk )

Setelah membangun produk intinya, perusahaan harus membangun produk aktualnya diberbagai posisi yang dekat dengan produk inti. Produk actual tersebut minimal mempunyai lima sifat, yaitu :

a.      Tingkatan kualitas
b.      Fitur
c.      Desain
d.     Merek
e.      Kemasan
3.      Produk tambahan ( augmented product )
Perencana produk juga harus membangun produk tambahan disekitar produk inti dan actual dengan cara menawarkan layanan dan manfaat tambahan bagi konsumen.

c.       Laporan tentang pengembangan produk pangan

Contoh pengembangan produk lama menjadi produk baru

a.       Baso    : hasil dari olahan daging dulunya hanya berbentuk bulat biasanya disajikan dengan mie dan pangsit, di era sekarang untuk menambah minat konsumen baso dimodifikasi atau dikembangkan ke berbagai bentuk, macam, dan varian. Contoh baso granat yaitu baso besar dengan isian sambal didalamnya, baso kerikil yaitu baso yang dimodifikasi ukuran ke ukuran yang kebih kecil dan banyak serta baso befranaj yaitu baso dengan ukuran besar dengan isian baso kecil-kecil didalamnya.

b.       Lupis   : pada awalnya lupis yang merupakan jajanan tradisional dari olahan beras ketan hanya disajikan dengan kuah gula jawa (juruh) dan parutan kelapa. Utnuk mempertahankan eksistensi lupis dikalangan milenial beberapa produsen mengembangkan lupis menjadi lebih kekinian contoh dengan penambahan beberapa toping seperti keju, oreo dan domodifikasi dengan berbagai rasa.

Perusahaan harus mengembangkan produk, karena :

·         Untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan memenuhi peluang pasar, banyak perusahaan yang gulung tikar karena tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen dan peluang pasar. Kurangnya inovasi membuat perusahaan bertahan dengan produk lamanya yang tidak mampu mengikuti tren dipasaran.

·         Keanekaragaman pangan (diversifikasi pangan), salah satunya untuk membantu program pemerintah dalam upaya ketahanan pangan dengan memanfaatkan potensi lokal.
Source :
https://www.scribd.com/doc/223735810/Strategi-dan-Pengembangan-Produk-Baru-docx [Diakses pada 23 Desember 2018]
https://www.scribd.com/document/343887620/Contoh-Pengembangan-Produk-Pangan [Diakses pada 23 Desember 2018]
https://kasusmanajemen.wordpress.com/2011/09/02/pengertian-produk-baru-dan-kriteria-produk-baru/ [Diakses pada 23 Desember 2018]
https://coecoesm.wordpress.com/2011/11/30/pengolahan-produk-dan-pengembangan-produk-baru/   [Diakses pada 23 Desember 2018]


Sabtu, 08 Desember 2018

Meetings Part 1


Meetings (Asking for and giving opinions)

ASKING & GIVING OPINION

  • Opinion termasuk kata-kata yang berisikan sebuah pendapat, argumentasi dan alasan.
  • Opinion dialogue adalah dialog atau percakapan yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih yang berisikan tentang ungkapan opini atau argumentasi yang dimiliki oleh mereka msing-masing dan biasanya ungkapan berupa opini atau argumentasi menggunakan kata-kata berikut ini:  ” in my opinion, in my view, I think etc.”
  • Argument dialogue adalah dialog atau percakapan antara 2 orang atau lebih yang didalamnya terdapat ungkapan sebuah argumentasi atau alasan. dalam percakapan ini biasanya menggunakan ungkapan ekspresi berikut ini: “as first, second etc for arranging arguments.”
A.   Asking Opinion
Formal :
    Have you got any comments on ….. ( Apakah anda punya komentar atas)    
    Do you have any idea? ( Apakah anda puny ide? )
    Do you have any opinion on ……( Apakah anda memiliki pendapat apapun pada)
    Would you give me your opinion on……….? ( Apakah anda memberikan pendapat anda tentang )
    What is your reaction to ….( Apa reaksi anda )
    What is your opinion about……….? ( Apa pendapat anda tentang )
    What are you feeling about………….?( Apa peraan anda tentang )
    What are your views on……….?( Apa pandangan anda tentang )
    Please give me your frank opinion?( Tolong beri saya pendapat jujur anda )
Informal
   What do you think of…….? ( Apa yang anda pikirkan )
   What do you think about………? ( Apa pendapat anda tentang )
   What is your opinion? ( Apa pendapat anda )
   Why do they behave like that? ( Mengapa mereka berperilaku seperti itu )
    Do you think it’s going ( Apakah anda piker itu akan )
    How do you like? ( Apakah anda )
    How was the trip? ( Bagaimana perjalanan anda )
    How do you think of Rina’s idea ? ( Bagaimana pendapat anda tentang ide rina )
B.    Giving Opinion
Formal
          I personally believe. ( Saya pribadi percaya )
I personally consider. ( Saya pribadi mempertimbangkan )
I personally think /feel ….( Saya pribadi berpikir / merasakan )
I hold the opinion.. ( Saya memegang pendapat )
My own view of the matter is …… ( Pandangan saya sendiri tentang masalah ini adalah )
Well, personally ……. ( Yah, secara pribadi )
If I had my view, I would ….. ( Jika saya memiliki pandangan saya, saya akan )

Informal
I think I like it.( Saya pikir saya suka )
          I don’t think I care for it.( Saya tidak berpikir saya peduli intuk itu )
          I think it’s good/nice/terrific….( Saya pikir itu baik/bagus/hebat )
       I think that awful/not nice/terrible……(Saya berpikirmengerikan/tidak baik/buruk )
          I don’t think much of it.( saya tidak berpikir banyak )
          I think that...( saya berpikir bahwa )
          In my opinion, I would rather….( Menurut pendapat saya, saya agak akan )
          In my case …..( Dalam kasus saya )
          What I’m more concerned with ….( Yang saya lebih peduli dengan )
          What I have in my mind is..(Apa yang saya miliki dalam pikiran saya adalah)
          From my point of view….( Dari sudut pandang saya )
The sample Dialogue (Contoh Dialog) Asking and Giving Opinion. 
Mr.Rasyid           : What’s your opinion about The New English Book?
waldan                 : My opinion is such an expensive book. 
Mr. rasyid           : Very good. How about you Lisa?
Gibran                 : Well, I think it’s  Ok. I Like That. it’s not too thick and no expensive. 
Mr. rasyid           : Good. Any body has another opinion?
Tegar                    : Yes, I have. My opinion is that book is too thick. 
Mr. rasyid           : Good. All your answers are correct. Do you understand, students?
Students              : Yes. We got it, sir.
Mr. rasyid           : Great. You’re really smart.

Bussiness English 2

Final Meeting, Test Assignment 1. Participles as adjectives  Member 1 by Aminurlaila (20216709) -Interested She's interested in ani...